Minggu, 27 Juli 2025

DR. CAPT. E. Kartini M.M, Nakhoda Kapal Perempuan Pertama Indonesia

 



E. Kartini adalah nahkoda perempuan pertama di perusahaan pelayaran milik negara PT Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia), bahkan di Indonesia. Dr. Capt. E. Kartini, M.M., M.Mar, lahir di Sumedang, Jawa Barat tanggal 25 Desember 1946. Kartini adalah lulusan Akademi Ilmu Pelayaran (sekarang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran), Jakarta. Kini, setelah pensiun sebagai nahkoda, Kartini yang telah menyandang gelar doktor (S3) dari Universitas Negeri Jakarta, mengajar di sekolahnya dahulu (STIP).

Inspirasi awal menjadi seorang pelaut adalah dari sebuah majalah. Dan alasan utama memilih AIP ( Akademi Ilmu Pelayaran ) pada tahun 1965 saat itu adalah karena AIP merupakan sekolah kedinasan dan gratis. Kartini anak pertama dari seorang tentara dan adiknya masih banyak. Orang tua tahu Kartini sekolah di AIP setelah semua proses dilalui dan tinggal masuk asrama. Meskipun ikatan dinas, untuk bekerja dapat memilih dan mencari kerja sendiri sehingga beliau masuk di PT Pelni tahun 1971 dan sahabatnya masuk ke PT Pertamina..

Kartini menjadi nakhoda setelah melewati jenjang karir yang panjang, mengawali menjadi ABK dan mualim, mulai dari jabatan mualim IV (31 Januari 1971) dan baru mejadi Nakhoda pada 26 Desember 1976.

Bersuamikan seorang pelaut yang sama-sama lulusan AIP, dukungan keluarga sangatlah besar. Suami Ibu Kartini mengerti bahwa kenaikan jabatan  harus diikuti peningkatan ijazah laut. Mendapatkan  ijazah peningkatan harus memiliki masa berlayar, setiap tingkat harus punya masa berlayar selama dua tahun. Untuk tujuan tersebut beliau menargetkan semua jenjang dapat diraih saat anak pertama, sehingga anak kedua dst tidak lagi ditinggal berlayar. 

Di usianya yang menjelang 79 tahun, Ibu Kartini memilih tetap berkegiatan alih-alih menjalani pensiun dan  menikmati masa tua yang lebih tenang. Beliau tetap aktif berkegiatan berkarya dan menginspirasi. Menurut beliau, usia pasca pensiun, kalau diam makan akan cepat game over, beliau berucap sembari tersenyum.

Saat ini mahasiswa dan mahasiswi beliau di Akademi Maritim seumuran dengan cucu-cucu beliau. Sepanjang beliau mengajar, maka ilmu tersebut tetap diingat dan dipakai. Selain itu ada permintaan bakti itu dari alumni STIP untuk memotivasi bagi pada taruni. BIsa kok perempuan menjadi seorang pelaut. Dengan profesinya sebagai dosen ini, Kartini masih bisa naik kapal, memperkenalkan suasana kapal kepada murid-murindnya. 

Ketika ditanya bagaimana  rasanya berdiri di anjungan kapal sebagai pemimpin? Kartini menjawab bahwa sebelum seorang ABK menjadi pemimpin dia akan menempuh pendidikan secara berjenjang. Bagaimana cara memimpin/dilatih secara terus menerus terus saya sendiri jadi pimpinan kayaknya pede aja tuh karena kita sudah terlatih kan sudah terlatih  dalam kehidupan di asrama dan di kapal. Di kapal tidak ada diskriminasi gender. Meski angin topan sedang bertiup tugas dalam kapal tetap dilakukan. Pelaut itu lahir bukan dari laut yang tenang tapi dari laut yang berombak.  

Nilai-nilai luhur dari dunia maritim yang dapat diimplementasikan dalam keluarga :
1. Komitmen - sebagai istri dan ibu kita punya anak punya suami. Alhamdulillah target ijazah yang harus selesai pas anak pertama lahir, jadi anak kedua ketiga dst tidak ditinggal lagi berlayar
2. tangguh dan bermental kita kuat. Di kapal bukan hanya butuh ilmu saja tetapi  fisik juga. Setelah melalui ujian fisik ketika masuk akademi, diasah terus selama pendidikan, dan ditempa oleh gelombang. 
3. kepemimpinan. 
4. Bergaul juga bagaimana kita bergaul dengan sesama perwira adab bergaul dengan bawahan semua tetap berpegang kepada norma-norma. 
5. Tidak ada perbedaan gender, latihannya sama, pendidikannya sama. dan tidak ada harassmen ataupun bullying. Peran ini terbuka baik untuk laki laki maupun perempuan.
6. Satu tim di atas kapal, harus ada tepo seliro.

Harapan ibu Kartini terhadap generasi muda terutama agar ikut menjaga jati diri bangsa sebagai bangsa maritim. Dunia pelaut itu kan sudah terbuka ya kan baik di Indonesia maupun di luar negeri kan tidak ada istilah gender.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Kesan

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.